Senin, 02 Mei 2011

kala cinta menyapa

“ Benarkah engkau jodoh yang diberikan Allah kepadaku ? “

Bertanya Mentari pada selembar kertas yang masih terlipat rapi di hadapannya. Pagi tadi Ummi Farah memberikan kertas itu padanya. Hampir empat tahun setelah Mentari ditanya Ummi Farah tentang kesiapannya menggenapkan separuh dien. Kini selembar biodata yang dinanti-nanti, benar-benar berada di hadapannya.
Matanya menerawang dalam diam. Menemani lintasan kenangan yang berkecamuk dalam pikirannya …..ia belum berani membuka kertas itu
……………………..
Bundaran HI, menjelang Dhuhur, empat tahun yang lampau.
Beberapa saat yang lalu, serombongan besar wanita muda berjilbab berdemo mengusung tema besar anti pornografi. Mentari bersama dua sahabatnya, Wida dan Nana, berjalan menuju halte depan hotel President.
" Tari, Wida.. ana duluan ya… tuh kak Fauzi udah nunggu di depan telpon umum ". Nana pamit sambil menunjuk ke arah seorang pemuda tegap berbaju rapi ala kantoran.
" Aduh… penganten baru, nggak sabar nih cepet sampai rumah…", goda Wida sambil melempar senyum simpulya.
"Iya, udah lupa ya sama asrama " Salsabila" tempat kita tumbuh dan berkembang "
" Maaf deh saudari-saudariku, makanya pada cepet punya suami..biar nggak ditagih ibu kos lagi tiap bulan…".
" Wuuuu…lagaknya !! "

Nana tersenyum penuh kemenangan. Sebentar kemudian ia telah meninggalkan Mentari dan Wida.
Panas Jakarta di pertengahan tahun memang cukup merepotkan. Orang-orang malas untuk terus-terusan berdiri mematung dipinggiran jalan. Setiap bus kota yang datang disambut dengan kejar-kejaran dan desak-desakan antar penumpang. Tentu saja Mentari dan Wida selalu ketinggalan. Mereka tak bisa sembarangan melompat dan bergantungan. Bisa-bisa jilbab dan jubah panjang mereka akan jadi korban.

Satu jam berlalu, tak ada kemajuan. Mereka masih setia menunggu Patas 16 yang akan membawanya ke kawasan Rawamangun. Namun langit berganti warna, panas berlalu tanpa sisa. Hujan pun mulai turun. Mentari dan Wida masih terjebak di halte. Dalam lelah yang berkepanjangan.
Mendadak….datang dua orang pemuda. Satu berambut gondrong. Satu lainnya beranting. Keduanya memakai baju khas orang kuliahan. Ada hasrat buruk tergambar dari kilatan mata mereka.

" Halo ceweek .. godain kita doong, dari kampus mana nih ? ", seorang dari mereka mulai menyapa dengan kedipan mata yang genit.
" Eh.. elo yang tadi orasi ya ? yang katanya nolak pornogafi ya ", tambah seorang lagi sambil menunjuk ke arah Mentari. Mentari dan Wida merasa terancam, mereka bergerak menjauh. Tapi dua pemuda itu masih berhasrat mendekat.
" Hei cewek, jangan munafik loo.. gue tahu loe punya pacar dan rutin kencan kan tiap malam minggu di kos-kosan.."
Muka Wida memerah dasyhat mendengar ocehan sang berandal. Jiwa petarungnya sebagai mantan atlit karate tak bisa membiarkan ini terjadi.
" Jangan sembarangan kalau bicara, kalian belum tahu berhadapan dengan siapa."
Namun gertakan Wida berlalu begitu saja. Mereka malahan tambah nekat.
" Iya, apa gunanya pake jilbab kalau sudah tidak perawan lagi. Mending jilbabnya di copot saja …., sini biar gue yang copot kalau tidak mau "
Sreeet !!! Jilbab Mentari menjadi sasaran ! Mereka menariknya dengan paksa Mentari berusaha mempertahankannya..
" Tolooooong ! Rampook ! "
Mentari berteriak meminta pertolongan. Tapi derasnya hujan meredam suaranya. Beberapa orang yang melihat dari jauh diam tak bergerak. Ketakutan.

Buuk ! Tendangan samping Wida tepat mengenai punggung seorang pemuda berandal. Ia sempat terhuyung beberapa saat. Seorang lagi masih menarik kuat jilbab yang dipakai Tari.
Buuk ! Sreeet !.Terdengar dua teriakan yang berbeda sumbernya. Satu teriakan dari pemuda berandal yang menarik jilbab tari. Ia terkena tendangan Wida tepat di titik kelemahannya. Satu teriakan lagi keluar dari mulut dan nurani Tari. Jilbab yang dikenakannya terlepas. Tetesan hujan membasahi rambutnya yang panjang.
" Tolooong …… !!! ", Mentari panik. Ia mendapati dirinya sangat asing dengan rambut yang terurai tanpa penutup. Ia merasa bagai terjebak di sarang penyamun yang haus tubuh wanita. Wida segera menarik Tari menjauh dari halte itu. Kedua berandal masih sempat mengancam dalam kesakitannya. Beruntung, sebuah Taksi tepat berhenti di depan Tari dan Wida, memberikan tumpangan.

Malampun menjelang dengan membawa seribu kesan menyakitkan dalam diri Tari. Hari itu begitu berat bagi seorang Tari. Demonstrasi yang melelahkan ditambah kejadian mengerikan di halte siang tadi.
Mendadak Tari ingat Nana, sahabatnya yang juga ikut demonstrasi siang tadi. Mentari merenung dalam kesendirian di kamar kosnya …Ah, betapa beruntungnya kau Nana, ada yang menjaga dan memperhatikanmu.… Ucapnya dalam hati
" Ya Allah, datangkanlah kepadaku seorang yang Kau janjikan untuk menemani dan meneguhkan hidupku.."
Mentari pun tenggelam dalam doa-doa yang tak pernah bosan ia panjatkan.

******************

Asrama Salsabila, pagi hari, tiga tahun yang lalu.
Pintu kamar Mentari di ketuk tiga kali. Sahabatnya, Wida, masuk memberi salam, keduanya berpelukan seolah lama tak bertemu.
" Subhanallah, my lovely Wida… bumi bagian mana yang tega menelanmu selepas wisuda Februari, tiga bulan yang lalu.. tak ada kabar, telpon atau surat ? "
" Afwan Tari, aku pulang ke Bandung. Di sana ternyata banyak proyek yang harus kugarap. Tahu sendirikan ? Papa memang dari dulu sudah nunggu lama kelulusanku. Beliau ingin aku menjadi manajer akuntan di perusahaannya. "
" its OK ukhti, tapi janji ya kamu nginep lama di sini… ada banyak cerita baru lho di kampus kita "
" Justru itu Tari.. aku ke sini memang khusus untuk menemuimu. Aku ingin kau mengetahuinya langsung dariku, meski sebenarnya bisa saja kalau aku poskan undangan ini dari Bandung.. "
" Undangan ? Walimah maksudnya ? Subhanallah… akhirnya kau menikah juga Wida.Tadinya aku kira aku yang duluan.. selamat ya… mana undangannya ? "
Wida mengulurkan sebuah undangan berwarna merah muda. Indah dan berkesan bagi penerimanya.

Keduanya kembali berpelukan. Isak tangis mulai terdengar pelan. Bahagia dalam haru.
" Maaf Tari… aku harus menikah terlebih dahulu. Aku takut jika terlalu larut dalam perusahaan nanti…aku bisa sibuk dan lupa nikah. Lucu ya kedengarannya ? tapi memang begitu kemarin nasehat orangtuaku di rumah. Nah, kamu sendiri gimana kuliahnya ? "
Wajah mentari mendadak berubah muram.

" Yaah.. kamu tahu sendiri kan Mr. Bondan ? Beliau tuh sangat teliti kalo pas ngoreksi. Tapi apapun, aku usahakan September ini aku udah angkat kaki dari kampus ini. Eh… tapi jangan lupa doain ya Wid..! "
" Jelas dong… mau didoakan cepet wisuda atau cepet nikah ? "
" Cepet Nikah dong !!! eh… maksudku kalo bisa dua-duanya dapet gituu.. "
" Iya non.. aku juga tak tega membiarkanmu menjadi bidadari ketinggalan kereta ! "
Buuk ! Serasa ucapan Wida yang terakhir bagai tendangan karatenya yang tepat mengenai ulu hati Mentari. Sakit memang, tapi Tari sadar sahabatnya hanya ingin memberikan motivasi padanya untuk tetap tegar !
Selepas kepergian Wida, Tari kembali merenung dalam kamar. Tangannya asyik membolak-balik undangan Wida. Ah..ini bukan yang pertama bagi Mentari. Bukan yang pertama kali Mentari ketinggalan kereta, seperti kata Wida. Seminggu yang lalu Dina, teman seangkatannya nikah dapat anak Medan. Bahkan sebulan yang lalu malahan si centil Tasya, adik kelasnya dua tingkat, sukses di lamar teman satu jurusannya !
Tari menghidupkan PC-nya yang setia menemani hari-hari kuliahnya selama lima tahun terakhir ini. Dibukanya sebuah file di program Corel Draw. Nampak di layar sebuah desain undangan pernikahan yang anggun dan manis. Tertulis di dalamnya…

Menikah : .MENTARI CANDRASARI bin H. BASUKI dengan .. MR. MOST WANTED !!! !
Mentari termenung berkaca-kaca. File itu sudah setahun lebih dibuka dan diedit, tanpa tahu kapan akan diprint dan digunakan.

*******************

Rumah Mentari yang anggun , di sisi utara pulau jawa, dua tahun yang lampau.
Matahari pagi yang cerah menemani keluarga Mentari. Kemarin sore Tari, putri satu-satunya keluarga Haji Basuki, baru saja datang dari Jakarta. Mereka berkumpul hangat di ruang keluarga.

Hari itu terasa istimewa bagi pak Basuki, ayah Mentari, dan juga bagi ibunya. Tapi tidak bagi Mentari. ..ada seorang dari masa lalu yang tiba-tiba dibicarakan oleh bapak ibunya. Joko, pacarnya saat SMU dulu, sepekan yang lalu menelpon Haji Basuki. Tari penasaran meski ia tak merasa punya alasan untuk penasaran.
“ Bapak kenal Joko juga ya Pak ? “
“ Oo.. bukan kenal lagi Tari, Bapaknya itu kan pak Suroso too ? Beliau dulu kawan Bapak semasa masih muda merantau di Jakarta. Kami sama-sama ngontrak rumah di Tanah Abang, sebelum akhirnya Bapak dipanggil kakekmu untuk nikah sama ibumu ini.. “
“ Lalu ? apa maksudnya seminggu yang lalu ia menelpon Bapak ?“
“ Jadi begini… Nak Joko sudah mengutarakan niat baiknya untuk melamarmu. Dan pak Suroso juga secara khusus sempat menyinggung masalah ini kemarin saat telepon.. Besok pagi Joko mau ke sini khusus untuk bertemu kamu… “

Wajah Tari berubah. Seolah tak percaya dengan pendengarannya.
“ Tapi Pak ? Tari kan belum tentu menerima…… “
“ Huss ! jangan membantah dulu… yang penting besok kau temui dia. Siapa tahu cocok…Bapak dan Ibu sebenarnya terserah kamu, tapi inget Tari.. usiamu sudah tidak muda lagi..Ibumu kemarin nangis karena ada tetangga yang ngomongin kamu calon perawan tua ! “
Mentari diam. Mencoba untuk teguh meski hatinya tergugu. Dia tahu persis siapa Joko yang dulu. Meski lima tahun ia tidak ketemu, Mentari tidak yakin Joko berubah seperti yang diinginkannya.

Pagi menjelang dengan cahaya yang riang. Mencoba menyinari hati Tari yang masih bimbang. Di ruang depan, bapaknya masih sibuk dengan seorang tamu muda. Joko namanya. Pakaiannya perlente,khas eksekutif. Tumpangannya jauh dari yang Tari perkirakan. Kalau dulu saat sekolah, Joko hobby ganti-ganti motor sport. Tapi kini sebuah sedan metalik dengan anggun parkir di depan rumah Tari. Mobil Joko kah ? atau mobil orangtuanya ? Ah.. bagi Tari itu sama sekali tidak penting.

Hati Tari bergetar hebat, apalagi saat ayahnya memanggil, menyuruhnya bergabung di ruang tamu. Tari melangkah pelan. Ia merasa sorot mata Joko terarah lurus ke arahnya. Mencoba menelanjangai jibab lebar dan jubah rapi yang dikenakannya. Mendadak Tari merasa risih..…

“ Ini Tari ? waah.. sekarang pakai busana muslim ya ? Kapan pergi hajinya Tari ? bareng pak Basuki ya ? “
Pergi haji ? Apa hubungannya dengan kewajiban memakai jilbab ? Tapi Tari tidak merasa bingung. Joko masih seperti dulu. Tidak mengenal dan memahami Islam..
Tari tambah risih saat Bapak minta ijin keluar sebentar, meninggalkan Tari dalam kungkungan rasa yang menakutkan. Ini khalwat ! bisiknya dalam hati. Yang ketiga adalah setan !
“ Ada perlu apa Joko ? Ada yang bisa di bantu ? “, sapa Tari dengan gaya yang tidak dibuat-buat. Pandangannya masih tertunduk. Tegas, tapi tidak ketus.

“ Hah ! Bapak dan Ibu tidak bilang sama kamu sebelumnya ? Aku datang untuk menyampaikan niat baik melamarmu Tari… kalau kamu berkenan, seminggu lagi keluargaku akan datang melamarmu.. bagaimana Tari, kau setuju kan ? kita akan menyambung kembali cerita dan kenangan cinta kita saat SMU dulu.. “
Tari merasa terusik dengan kalimat terakhir Joko. Kali ini ia benar-benar muak. Kenangan masa lalu yang sedemikian lama telah terhapus, mencoba menghujam masuk kembali dalam diri Tari.

“ Maaf Joko, aku bukan Tari yang dulu…kau salah datang kepadaku ..”
Mata Joko melebar. Ia seperti tidak percaya Tari mengatakan hal seperti itu. Tari yang dulu selalu setia menemani hari-hari indahnya saat SMU.Kini dihadapannya bagai sosok asing yang tak pernah dikenalnya.
“ Tari !! aku datang kembali untukmu… lima tahun aku memendam cinta ini Tari…, ingatkah kau saat-saat indah kita dulu Tari…, Tari… bukankah dulu kita pernah berjanji sehidup semati, Tari, lupakah kau dengan semua itu… Tari…. “

“ Tidaaaaaaaaaak ! Kau tidak berubah Joko !Maaf, mungkin kita tidak jodoh. Titik !! “
Tari bergegas masuk kembali ke ruang dalam. Meninggalkan Joko dalam keheranan yang panjang. Sementara Bapak ibu Tari saling berpandangan heran. Mereka berdua masih menyimpan beban. Kapan putri satu-satunya akan ke pelaminan ?

Tari menangis dalam kamar. Ia menangis bukan karena Joko. Ia sama sekali sudah melupakan masa lalunya yang kelam bersama Joko. Ia menangis, karena baru kali ini ada seorang yang datang untuk melamarnya. Baru kali ini. Tapi mengapa yang datang Joko ? Pacarnya di masa lalu.

Mengapa bukan ustad Agus, Akh Budi, Mas Hanafi, Pak Irvan, Fajar, Wisnu atau teman-teman lain yang aktif di kegiatan masjid ?. Mengapa bukan mereka-mereka yang hanif dan sholih yang datang? Sehingga Tari bisa semakin teguh mengarungi hidup ini ? Kemana mereka semua ? Kemanaaa ? Tari berteriak dalam hati, menanti sebuah jawaban.

***************************

“ Benarkah engkau jodoh yang telah di janjikan Allah kepadaku ? “
Kembali Mentari bertanya pada kertas bisu dihadapannya. Dengan hati-hati dibukanya kertas itu pelan-pelan. Seolah didalamnya ada sesuatu yang sangat berharga.
Mentari mendapati sebuah nama yang tidak asing baginya…. Agus Budiman
“ Ustad Agus ??? Benarkah ?? Subhanallah … “,

Tari memang harus terkejut. Tentu ia tidak mempunyai alasan untuk tidak menerima Ustad Agus. Ia seorang yang mempunyai pemahaman Islam yang sangat baik. Ia seorang ustad yang sangat terkenal di kalangan teman-temannya di kampus. Buah keikhlasannya dalam membina telah melahirkan banyak kader dakwah dari masjid kampusnya.
Sungguh ! Tari tak mempunyai alasan untuk menolaknya. Apalagi jika mengingat usianya yang sudah dua tahun melewati seperempat abad ! Juga tangisan ibunya terkasih yang selalu memintanya untuk segera bersanding di pelaminan..

Tapi…. Mendadak Tari tertegun. Ingatannya kembali menerawanag. Beberapa bayang wajah anggun mengitari benaknya. Ia mengingat beberapa seniornya di kampus yang belum menikah ; Mbak Rahma, Mbak Santi…dan juga Mbak Zaenab. Mbak Rahma, pembimbing mentoringnya saat Tari belum berjilbab di tingkat satu. Usianya kini menjelang kepala tiga. Sudah dua tahun ini ia tidak banyak kelihatan. Sakit organ dalam membuatnya harus banyak beristirahat di rumah.

Lain lagi dengan Mbak Santi, dua tingkat di atasnya dulu di kampus. Sekarang sibuk bekerja di perusahaan konveksi, dari pagi sampai sore. Sesekali saat libur, masih sempat untuk diminta mengisi kajian muslimah di kampus. Mbak Santi memang harus kerja keras mencari nafkah. Ia anak sulung dari delapan bersaudara. Ayahnya sudah tiada sementara ibunya sudah cukup renta untuk bekerja. Mbak Santi adalah tulang punggung di keluarganya.

Cerita tentang Mbak Zaenab lebih memilukan. Suaminya, almarhum ustad Ahmad, meninggal tertembak saat dikirim untuk berdakwah di daerah konflik Ambon. Ia meninggalkan dua putri yang masih sangat lucu-lucu, Hana dan Aisyah. Aktifitasnya sekarang menjadi pengajar SDIT, untuk mencukupi kebutuhan hidup dua putri kecilnya.

Perlahan-lahan mata Tari berkaca-kaca. Air matanya mengambang tenang. Bayang-bayang wajah ketiga seniornya menari-nari dihadapannya. Mengapa bukan mereka yang dilamar ustad Agus ? Mengapaa ? Mereka jauh lebih berhak dan membutuhkan daripada aku …
Tililliiiiiit…..Tililiiiiit .. deringan HP memecah kesunyian lamunan Tari. Suara bijak dan salam akrab Ummi Farah terdengar dari seberang.
“ Bagaimana ukhti Tari ? bersedia bukan ? Beliau siap kapan saja bertemu untuk ta’aruf ..”
“ Engg…..begini Mi, mungkin saya perlu istikhoroh dulu.Mungkin seminggu lagi saya baru bisa ambil keputusan… “
“ Baiklah… saya tunggu ya, dan semoga Allah memberi kemudahan..”
Suara salam penutup terdengar dari arah seberang. Pembicaraan telah selesai. Namun bayang-bayang Mbak Rahma, Santi, dan Mbak Zaenab masih setia mengiringi langkah Tari.

*****************************

Dua bulan berlalu. Hari yang bahagia. Suasana walimah yang meriah namun terjaga nuansa kesyahduannya. Tamu laki-laki duduk terpisah dari tamu perempuan. Terdengar aluanan nasyid pernikahan menggetarkan hati pendengar lajangnya.

Tari duduk anggun berseri-seri. Jilbab dan bajunya yang rapi menambah suasana hatinya yang lega dan tenang. Dengan perlahan Tari melangkah, menemui seorang wanita yang jadi pusat perhatian para tamu sedari tadi. Di sisi wanita itu ada dua putri cantik yang masih kecil-kecil. Tari menyalami haru wanita tersebut. Keduanya berpelukan.
“ Mbak Zaenab, Barakallahu lakuma wa baraka alaikuma wa jama’a bainakuma fi khoiriin… selamat ya Mbak semoga bahagia dan berkah menyertai keluarga baru Mbak..”
“ Jazakillah khoiron ya dik, semoga dik Tari juga cepat menyusul ya..Nanti saya minta mas Agus mencarikan khusus buat dik Tari ya.. beliau kan punya kenalan banyak.. “
“ Amiin… doanya ya Mbak..Tari tunggu lho janjinya.hehe...”
“Insya Allah…. “

Lega dalam rasa bahagia dan syukur yang terpanjatkan. Tari berpamitan dan melangkah pulang. Mencoba merenda hari-hari penantian yang baru. Jiwanya tenang. Tidak ada penyesalan. Ia ingat persis, saat selesai sholat istikhoroh dulu, yang muncul selalu saja bayang-bayang Mbak Rahma, Mbak Santi, dan Mbak Zaenab. Wajah ustad Agus tak pernah terlintas dalam malam-malam istikhorohnya.

Kini. dalam hari-hari penantiannya, Tari yakin, ia tidak sendiri. Sebagaimana juga ia yakin, akan ada sesosok laki-laki hanif yang akan menyapanya dengan cinta. Entah satu bulan lagi, dua bulan, satu tahun, atau entah saat senja nanti. Ia yakin Allah telah menjanjikan sebuah cinta yang akan datang menyapanya.
“ Ya Allah, datangkanlah kepadaku seseorang yang akan meneguhkanku dalam hidup ini, dan berikan kesempatan kepadaku untuk berbakti kepadanya, melahirkan dan merawat anak-anaknya untuk menjadi anak sholih. Agar saat kami telah renta atau telah tiada, akan ada mereka yang senantiasa mendoakan kami berdua“


Senin, 28 Maret 2011

Pengumuman Integrasi Perpustakaan Fakultas dengan Perpustakaan Baru UI

Salam kontribusi rekan-rekan semua, pada kesempatan ini, saya ingin berbagi informasi seputar rencana integrasi perpustakaan-perpustakaan fakultas di UI ke perpustakaan pusat. Seperti yang kita ketahui, bahwa saat ini telah dalam tahap perampungan, perpustakaan pusat Universitas Indonesia. Perpustakaan ini rencananya akan diresmikan pada tanggal 2 Mei 2011, bertepatan dengan hari Pendidikan Nasional.

Isu yang banyak berkembang dan meresahkan mahasiswa adalah terkait pembangunan perpustakaan pusat yang akan mengintegrasikan seluruh perpustakaan yang ada di fakultas sehingga perpustakaan fakultas harus ditutup. Hal ini bagi sebagian pihak dinilai cukup merepotkan karena kebutuhan sehari-hari mahasiswa akan buku, harus dipenuhi dengan menjangkau perpustakaan pusat, yang jaraknya tidak dekat.

Sebenarnya kebijakan pemindahan perpustakaan fakultas ke perpus pusat yang menyebabkan penutupan perpus fakultas merupakan kebijakan yang menjadi hak tiap fakultas. Bagi fakultas yang merasa keberadaan perpustakaannya masih diperlukan dan sanggup untuk memenuhi biaya perawatannya diperkenankan hanya memindahkan sebagian koleksinya ke perpustakaan yang baru.

Fakultas seperti Fasilkom, FISIP, FE, FKM, dan Psikologi merupakan fakultas yang hanya memindahkan sebagian bukunya ke perpustakaan yang baru, sedangkan fakultas yang lain memutuskan untuk memindahkan seluruh buku di perpustakaannya ke perpustakaan pusat yang baru karena masalah perawatan atau pengalihfungsian gedung menjadi fungsi yang lain.

Berkaitan dengan isu ini, berdasarkan hasil bincang-bincang saya dengan Ibu Luki Wijayanti, kepala Perpustakaan UI, beliau mengatakan bahwa memang akan ada proses pemindahan buku dari perpustakaan fakultas ke perpustakaan pusat dalam satu bulan ke depan.

Keresahan muncul berkaitan dengan proses pemindahan yang akan memakan waktu sekitar satu bulan dan menyebabkan perpustakaan fakultas terkait harus ditutup sehingga mahasiswa tidak bisa lagi mengakses buku-bukunya, padahal kebutuhan terhadap buku terutama bagi mahasiswa tingkat akhir sangat tinggi saat ini.

Ternyata berkaitan dengan kebijakan ini waktu pemindahan buku dari perpus fakultas ke perpus UI yang baru merupakan hak preogratif masing-masing fakultas. Setiap fakultas memiliki hak untuk mengajukan pemunduran pemindahan buku sampai akhir semester bila diperlukan.

Hingga saat ini, telah ada beberapa fakultas yang mengurus penangguhan waktu pemindahan buku hingga akhir semester ini. Fakultas tersebut antara lain, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Fakultas Hukum, dan Fakultas Ilmu Keperawatan.

Hal yang penting adalah : bagi teman-teman yang masih resah terkait penutupan perpustakaan fakultas, silakan menyampaikan hal tersebut ke pihak dekanat masing-masing fakultas untuk mengurus pengajuan penundaan penutupan perpustakaan. Pengajuan ini juga dapat difasilitasi oleh BEM masing-masing fakultas. Ibu Luki Wijayanti juga menyatakan bahwa prioritas utama pemindahan saat ini bukanlah perpustakaan masing-masing fakultas, melainkan perpustakaan pusat yang sekarang. Targetnya adalah hingga tanggal 2 Mei nanti, seluruh buku di perpustakaan pusat yang sekarang telah dipindahkan ke perpustakaan pusat yang baru.*

Andreas Senjaya

Fasilkom UI 07

Anggota Majelis Wali Amanat UI Unsur Mahasiswa


www.anakui.com

Senin, 28 Februari 2011

Kontroversi Perpustakaan Baru UI


Bangunan raksasa itu sebentar lagi berdiri sempurna. Konon ia akan memakan anak-anaknya yang lebih kecil dan terletak di tiap fakultas yang ada dan menyimpan seluruh warisannya di tempat yang kokoh itu.
Itulah perpustakaan baru UI yang akan menjadi perpustakaan semua fakultas yang ada di UI. Bukan pembangunannya yang salah dan bukan pula pemilihan tempatnya. Tetapi dengan dibangunnya perpustakaan baru tersebut hampir semua perpustakaan fakultas menjadi tumbal atas pembangunannya. Nah, itu baru salah!
UI saat ini memang sedang mencanangkan untuk menjadi World Class Research University. Maka dari itu nggak perlu heran jika banyak proyek-proyek yang sepertinya di mata kita itu adalah pemborosan; seperti pembangunan gedung-gedung baru, perbaikan/penambahan fasilitas, perubahan sistem dan lain lain. Semua proyek-proyek tersebut diharapkan bisa mengantarkan UI mencapai cita-citanya. Akibatnya tentu saja kampus kuning ini butuh dana lebih untuk pembangunan.
Rencananya perpustakaan UI akan menjadi world class  university library (Selanjutnya disingkat dengan WCUL) sebagai salah satu penunjang pencapaian penilaian world class research university.Melihat kondisi perustakaan pusat yang sekarang memang belum memenuhi kriteria WCUL. Menurut saya tanpa adanya pembangunan perpustakaan baru ini memang sulit untuk memenuhi krtiteria WCUL yang sangat panjang jika saya jabarkan disini. Sehingga jika ditinjau kembali dalam memenuhi kriteria world class research university kita memang membutuhkan sebuah perpustakaan dengan kriteria yang sesuai dengan WCUL dan itu bisa diwujudkan dengan pembangunan perpustakaan baru.
Selain demi terpenuhinya WCUL. Perpustakaan tersebut juga diharapakan menjadi perbaikan citra perpustakaan Indonesia di mata dunia. Karena memang perpustakaan di negara ini kurang begitu mendapat perhatian dari pemerintah kita. Maka dari itu pemerintah ingin memperbaiki citra dengan mendukung pembangunan perpustakaan UI yang turut memperbaiki citra pemerintah.
Namun ada 2 imbas yang sangat disayangkan.
Pertama, dengan pembangunan perpustakaan baru menyebabkan perubahan sistem dari sentralisasi-desentralisasi perpustakaan menjadi sentralisasi perustakaan. Kebijakan sentralisasi diambil karena dengan pemusatan koleksi 12 perpustakaan fakultas akan membuat perpustakaan baru in memiliki koleksi perpustakaan yang luar biasa banyaknya. Konon katanya dengan sentralisasi perpustakaan, akan ada lebih dari 5 juta koleksi perpustakaan akan tersedia disini (bagus untuk pencitraan). Selain itu penataan ICT di perustakaan jadi lebih mudah karena tidak tersebar di tiap-tiap fakultas.
Namun dengan sistem sentralisasi, mahasiswa menjadi kehilangan perpustakaan di fakultasnya sendiri. Bagaimana bisa mahasiswa dijauhkan dari perpustakaan? Yang paling parah terutama dua fakultas yang tersebar di Salemba. Masa iya karena perpustakaan disana ditutup harus jauh-jauh ke Depok untuk ke perpustakaan?
Akhirnya mereka mengantisipasi hal tersebut dengan mengubah perpustakaan menjadi resource center (lupa namanya). Hal ini menjadi sebuah ironi besar, karena melihat bahwa orientasi pihak pengelola Universitas lebih mengutamakan peringkat dunia dan pencitraan dibandingkan dengan kebermanfaatannya untuk mahasiswa belajar.
Kedua adalah pemborosan, pembangunan gedung baru tersebut menelan biaya yang sangat banyak dan terlalu berlebihan menurut saya. Dari berita lama di okezone, pembangunan perpustakaan tersebut menelan biaya sebesar 110 miliar, dana tersebut merupakan hibah dari BNI sebesar 32 miliar dan dana pendidikan dari negara sebesar 72 miliar. Dan yang bikin saya geleng-geleng kepala, di dalam perpustakaan tersebut konon katanya akan dibangun Cineplex dan fitness centre yang tidak termasuk bagian dari penilaian WCUL.
Saya memang setuju dengan ide-ide revolusioner bahwa perpustakaan tidak hanya menjadi sarana belajar, namun juga sebagai pusat aktifitas masyarakat dan entertainment. Tetapi kita mesti lihat lagi bagaimana kondisi ekonomi warga UI. Masih banyak mahasiswa yang kurang mampu dan kesejahteraan karyawan dan dosen masih belum cukup baik.
Maka dari itu sebetulnya tidak perlu dibuat perpustakaan yang terlalu mewah namun dari segi kebermanfaatannya kurang. Andai saja dana tersebut diberikan lebih untuk meringankan BOPB mahasiswa :D . waw, bisa-bisa kita kuliah gratis.Sebetulnya UI bisa saja berhemat dengan cara merenovasi atau mendesign ulang perpustakaan pusat yang ada saat ini untuk menjadi perpustakaan yang sesuai dengan WCUL dan perbaikan perpustakaan-perpustakaan fakultas walau sepertinya saran ini sudah terlambat.
Mulai semester depan, kita tidak akan menemukan pepustakaan di fakultas kita masing-masing. Kini di fakultas saya (FIB), koleksi-koleksi perustakaan sudah mulai di pak untuk dikirim ke perpustakaan baru. Saya berharap ada sebuah solusi untuk mempermudah mahasiswa untuk meminjam koleksi perpustakaan tanpa harus jauh-jauh ke perpustakaan pusat, seperti misalnya layanan book drop box untuk mengembalikan buku dan delivery services point untuk peminjaman buku di tiap fakultas (udah kaya mesen pizza) :D.
Sekarang semuanya sudah terlanjur, mari kita berdoa saja dengan pembangunan perpustakaan universitas yang berkelas dunia tersebut diharapkan peringkat UI di tingkat internasional akan “bergeser” sesuai kata Bapak Rektor kita di Metro TV tentang klarifikasinya mengenai peringkat UI yang menurun versi Times Higher Education; “Peringkat UI tidak menurun, tetapi hanya bergeser” hehehe…. bisa aja si bapak :D
Jadi, sudah siapkah perpustakaan fakultasmu ditutup?


Sabtu, 26 Februari 2011

aku ini hancur seperti tanah kering
yang terinjak terhempas
aku mungkin sudah lupa bagaimana cara tersenyum
mungkin karena terlalu lama mendung menyelimuti

air mata ini memenuhi salaksa jiwa
menggenang bak sungai diwajahku
tiap tetesnya mengandung sebuah rasa yang telah lama mengendap  di hati

biar Allah yang tahu tentang semua
hanya laungan do'a yang tak pernah bosan terus kukirim kesisi-Nya
karena Hanya Engkaulah sandaran hatiku.............

Rabu, 09 Februari 2011

Malam kian larut
kala bulan terdiam sendiri disinggahsananya
kala bintang enggan memancarkan sinarnya
malam yang dingin terasa begitu dingin
tanpa sinar bintang
Aq tak mengerti mengapa bintang tak bersinar
Aq tak mengerti mengapa malam terasa sangat dingin
yang aq tahu
bintang selalu setia menunggu bulan
walaupun bulan tak pernah menghiraukan kehadiran bintang
terkadang sinar bintang hanya tertutup oleh kelamnya malam
namun bulan dengan egonya tetap tak menyadari sinaran bintang
yang aku tahu indahnya malam takkan sempurna tanpa bulan dan sinaran bintang
karna aq yakin bintang tercipta hanya untuk menemani bulan
di gelapnya malam

pagi







setiap pagi
ada embun cinta yang turun dari langit kasih-Nya
yang menyentuh hingga ke lubuk hati
menyejukan rasa dalam dada
Asbahna.....




setiap sore
di bawah semburat yang merah merona
ada rindu yang tertahan
pada Mu Rabbi, ku titipkan segala asa
agar nyata kelak kau hadirkan
Amsaina....

Langit Senja

entah mengapa...
aku sangat menyukai kebiasaan itu
mungkin karena ia begitu elok dan indah

aku sering termangu sendiri
menatap langit kemerahan di arah barat
semua indah, tampak keemasan
semilr angin serasa membawa semua kesah
peluh-peluh dikening yang menumpuk
seharin sudah aku bertarung deengan kesibukan

masih di balkon sekolah
menatap senja yang membawa semilir angin, damai
di kepala ini ada banyak hal yang kupikirkan
hatiku, bagai gudang perasaan
dan disini semua tangis dan tawa ku berasal

maaf Allah, bila aku hanya dapat hadirkan senyum tipis
disetiap hari-harimu yang cerah

aku sering bermimpi
di bawah naungan lembayung senja
ku gambar semburat-semburat angan ku
bersama sahabat-sahabat ku

Selasa, 08 Februari 2011

gue gue gue

waktu kemaren hari senin, aku bener-bener futur bangd. dari jam 1 pagi bangun terus ngg bsa tdur. pingin tahajjud tapi lgy halangan. aaaahhh.... aku kangen sama Allah pingin curhat, akhirnya itung-itung buang bonus sms aku bangunin sahabat-sahabat aku bwt sholat tahajjud. hemh... waktu itu aku juga lagi kangen sama sahabat-sahabat aku. kemana ya mereka aku lagi nedown bgd tapi ngg ada yang nyemangatin. tiba-tiba, aku nangis sampe sesenggukan.

tiba-tiba salah satu sahabat aku sms nanyain knp sms aku yang semale jutek bgd. terus dia tanya apa aku ada masalah apa ngg, eh.. tiba-tiba dia nelfon, jadi deh disana aku nangi-nangis ceritain semua yang aku rasain. hemh...

aku takut sendirian ngejalanin hari-hariku ini. ROHIS gimana???  buat ngajak sahabat sendiri aja susah apalagi ngajak orang lain?? ya Allah belum kimia, ya Allah ika takut......


paginya mataku bengkak-bengkak susah melek....
huhuhu
gara-gara semaleman nangis.....




di bawah langit senja
selasar kelas

Rabu, 02 Februari 2011

dalam malam

ketika malam begitu terhenyak
hingga tiada yang tersadar dalam angan-angan
ada satu mata yang masih terjaga
bibirnya bergetar, ada sebuah nama yang disebutnya
tetes demi tetes embun hangat itu mengalir
menggenang di pipi
wanita itu larut dalam pekatnya malam

masih disana
di kamar petak yang menahannya
dalam do'a yang tak ingin cepat-cepat ia sudahi
cinta ini serasa tak akan pernah cukup
untuk membalas cinta mu yang amat tulus itu

Allah titip ibuku
yang kini jauh berada di sampingku
titip setitik cinta ini
untuk wanita yang menggenggam surgaku
di telapak kakinya

S A in action





semoga malam selalu indah dipandang
agar kalian tak pernah merasa kesepian.....

teruntuk sahabat

Never mind! Keep smiling ya?

oleh Langit Senja pada 30 Januari 2011 jam 18:22
Jika hari ini kau jadi pemimpin mka jdkan itu sebuah pembelajaran . Sahabat, aku akan tetap dsmping mu ktk kau merasa sndrian. Aku akn memandangmu bhgya dr kejauhan ktka kau tertawa bersama anggota mu yg lain. Aku akan meneteskan air mata kebahagiaan utkmu. Aku akan tersenyum bangga ketika keberhasilanmu tercapai. Berbahagialah dgn ini. Tetap tersenyum menatap hari yg terasa gelap utkmu jdkn it sbg pemantik chaya yg lain. Jdkan ini bagian pembelajaran utk mu. Sbg bagian dari proses kehidupan ini memang sulit. Namun yakinlah Allah dekat di hatimu. Keep smiling ya?

Teruntuk shbt ku yg terpilih mjd seorang ketua di tgl 30 jan 2011
SUKSES!

Selasa, 01 Februari 2011

Ketika kupandang langit
Terhenyak kusadari kekerdilan diriku
Kupandang lagi langit
Aku hanyalah satu partikel udara dalam luasnya langit itu
Kembali kupandangi langit
Lagi-lagi kutemukan keterbatasan diriku diantara langit yang tak berbatas
Masih langit yang sama yang kupandangi
Aku tidak juga beranjak membesar apalagi menyaingi ke-Maha Besar-an langit
Langit itu tak terhindarkan untuk terus terpandang
Dan aku masih tetap tak tertangkap ekor mata langit dalam ragam warna dan bentuk yang ditangkapnya
Setiap kali kupandangi langit
Aku sadar, aku bukan siapa-siapa
Yang tak mampu berbuat apa-apa
Sampai kapanpun
Karna ada yang langit sembunyikan akan aku dan yang dinaunginya
Bahwa langit tak terelakkan untuk bisa ditandingi
Langit akan selalu mengingatkanku pada-Mu.

Senin, 31 Januari 2011

hari-hari penuh penat
untung saja senyum sahabat ada disini
menyinari hati
seperti mentari

kalau saja mereka tak diizinka-Nya disisi
munkin aku akan sepi
menjalani hari-hari