Senin, 28 Februari 2011

Kontroversi Perpustakaan Baru UI


Bangunan raksasa itu sebentar lagi berdiri sempurna. Konon ia akan memakan anak-anaknya yang lebih kecil dan terletak di tiap fakultas yang ada dan menyimpan seluruh warisannya di tempat yang kokoh itu.
Itulah perpustakaan baru UI yang akan menjadi perpustakaan semua fakultas yang ada di UI. Bukan pembangunannya yang salah dan bukan pula pemilihan tempatnya. Tetapi dengan dibangunnya perpustakaan baru tersebut hampir semua perpustakaan fakultas menjadi tumbal atas pembangunannya. Nah, itu baru salah!
UI saat ini memang sedang mencanangkan untuk menjadi World Class Research University. Maka dari itu nggak perlu heran jika banyak proyek-proyek yang sepertinya di mata kita itu adalah pemborosan; seperti pembangunan gedung-gedung baru, perbaikan/penambahan fasilitas, perubahan sistem dan lain lain. Semua proyek-proyek tersebut diharapkan bisa mengantarkan UI mencapai cita-citanya. Akibatnya tentu saja kampus kuning ini butuh dana lebih untuk pembangunan.
Rencananya perpustakaan UI akan menjadi world class  university library (Selanjutnya disingkat dengan WCUL) sebagai salah satu penunjang pencapaian penilaian world class research university.Melihat kondisi perustakaan pusat yang sekarang memang belum memenuhi kriteria WCUL. Menurut saya tanpa adanya pembangunan perpustakaan baru ini memang sulit untuk memenuhi krtiteria WCUL yang sangat panjang jika saya jabarkan disini. Sehingga jika ditinjau kembali dalam memenuhi kriteria world class research university kita memang membutuhkan sebuah perpustakaan dengan kriteria yang sesuai dengan WCUL dan itu bisa diwujudkan dengan pembangunan perpustakaan baru.
Selain demi terpenuhinya WCUL. Perpustakaan tersebut juga diharapakan menjadi perbaikan citra perpustakaan Indonesia di mata dunia. Karena memang perpustakaan di negara ini kurang begitu mendapat perhatian dari pemerintah kita. Maka dari itu pemerintah ingin memperbaiki citra dengan mendukung pembangunan perpustakaan UI yang turut memperbaiki citra pemerintah.
Namun ada 2 imbas yang sangat disayangkan.
Pertama, dengan pembangunan perpustakaan baru menyebabkan perubahan sistem dari sentralisasi-desentralisasi perpustakaan menjadi sentralisasi perustakaan. Kebijakan sentralisasi diambil karena dengan pemusatan koleksi 12 perpustakaan fakultas akan membuat perpustakaan baru in memiliki koleksi perpustakaan yang luar biasa banyaknya. Konon katanya dengan sentralisasi perpustakaan, akan ada lebih dari 5 juta koleksi perpustakaan akan tersedia disini (bagus untuk pencitraan). Selain itu penataan ICT di perustakaan jadi lebih mudah karena tidak tersebar di tiap-tiap fakultas.
Namun dengan sistem sentralisasi, mahasiswa menjadi kehilangan perpustakaan di fakultasnya sendiri. Bagaimana bisa mahasiswa dijauhkan dari perpustakaan? Yang paling parah terutama dua fakultas yang tersebar di Salemba. Masa iya karena perpustakaan disana ditutup harus jauh-jauh ke Depok untuk ke perpustakaan?
Akhirnya mereka mengantisipasi hal tersebut dengan mengubah perpustakaan menjadi resource center (lupa namanya). Hal ini menjadi sebuah ironi besar, karena melihat bahwa orientasi pihak pengelola Universitas lebih mengutamakan peringkat dunia dan pencitraan dibandingkan dengan kebermanfaatannya untuk mahasiswa belajar.
Kedua adalah pemborosan, pembangunan gedung baru tersebut menelan biaya yang sangat banyak dan terlalu berlebihan menurut saya. Dari berita lama di okezone, pembangunan perpustakaan tersebut menelan biaya sebesar 110 miliar, dana tersebut merupakan hibah dari BNI sebesar 32 miliar dan dana pendidikan dari negara sebesar 72 miliar. Dan yang bikin saya geleng-geleng kepala, di dalam perpustakaan tersebut konon katanya akan dibangun Cineplex dan fitness centre yang tidak termasuk bagian dari penilaian WCUL.
Saya memang setuju dengan ide-ide revolusioner bahwa perpustakaan tidak hanya menjadi sarana belajar, namun juga sebagai pusat aktifitas masyarakat dan entertainment. Tetapi kita mesti lihat lagi bagaimana kondisi ekonomi warga UI. Masih banyak mahasiswa yang kurang mampu dan kesejahteraan karyawan dan dosen masih belum cukup baik.
Maka dari itu sebetulnya tidak perlu dibuat perpustakaan yang terlalu mewah namun dari segi kebermanfaatannya kurang. Andai saja dana tersebut diberikan lebih untuk meringankan BOPB mahasiswa :D . waw, bisa-bisa kita kuliah gratis.Sebetulnya UI bisa saja berhemat dengan cara merenovasi atau mendesign ulang perpustakaan pusat yang ada saat ini untuk menjadi perpustakaan yang sesuai dengan WCUL dan perbaikan perpustakaan-perpustakaan fakultas walau sepertinya saran ini sudah terlambat.
Mulai semester depan, kita tidak akan menemukan pepustakaan di fakultas kita masing-masing. Kini di fakultas saya (FIB), koleksi-koleksi perustakaan sudah mulai di pak untuk dikirim ke perpustakaan baru. Saya berharap ada sebuah solusi untuk mempermudah mahasiswa untuk meminjam koleksi perpustakaan tanpa harus jauh-jauh ke perpustakaan pusat, seperti misalnya layanan book drop box untuk mengembalikan buku dan delivery services point untuk peminjaman buku di tiap fakultas (udah kaya mesen pizza) :D.
Sekarang semuanya sudah terlanjur, mari kita berdoa saja dengan pembangunan perpustakaan universitas yang berkelas dunia tersebut diharapkan peringkat UI di tingkat internasional akan “bergeser” sesuai kata Bapak Rektor kita di Metro TV tentang klarifikasinya mengenai peringkat UI yang menurun versi Times Higher Education; “Peringkat UI tidak menurun, tetapi hanya bergeser” hehehe…. bisa aja si bapak :D
Jadi, sudah siapkah perpustakaan fakultasmu ditutup?